Teruntuk : Sahabatku,,,,
Di Bumi Allah,,,,
Bagaimana kabarmu sahabatku,,,,,? Telah lewat berjam jam kau tidak menghiraukanku. Sapaku tak kau balas, pesan-pesan singkatku tak kau jawab. Sejujurnya, aku kangen. Pada kebersamaan kita, pada canda tawa kita, pada perhatian dan kebaikan hatimu juga pada cerita-cerita sedihmu. Adakah kau merasakan rindu yang sama, sahabat,,,,,,? Bila kau merindukannya, bukalah hatimu untuk memaafkanku, bila kau tidak, maka kau harus memaafkanku demi cintamu pada Yang Maha Pemaaf. Bukankah kau sangat mengetahui bahwa Dia membenci umat yang memutuskan silaturahi,,,,? waktu telah berlalu,,,,sedang Rasul-mu memberi batas waktu tiga hari saja,,,,
Sejak sms terakhirku semalam,,,,, sikapmu berubah padaku. Sejak itu pula aku terus bertanya-tanya. “Apakah sebuah kesalahan bila aku ingin menjadi cermin bagi dirimu, sahabatku,,,,,?” Barisan kalimat yang kurangkai dengan sayang, semata ingin agar kau bangkit dari keterpurukan, membalut luka, menghapus air mata, untuk kemudian melangkah dengan kelapangan dada.
“Sahabatku, sekarang bukan lagi saatnya kau terus bertanya, mengapa ia begini ,,,, ? Mengapa ia begitu ,,,, ? Bertanya mengapa hanya akan menimbulkan prasangka-prasangka. Biarkan proses ta’arufmu berakhir dengan indah, dengan ucapan maaf dan terima kasih. Sekarang saatnya kau bertanya, apa yang akan kau kerjakan untuk hidupmu sementara jodoh itu belum datang,,,,”
Ah, sahabatku,,,,,aku memang tak cukup arif untuk memberimu nasihat. Mungkin seharusnya aku tetap menjadi pendengar yang baik dan motivator bagimu. Tak sepatutnya aku menasihatimu di saat kepercayaanmu padaku belum lagi pulih. Yah,,,walau kau coba menguburnya jauh di dasar hatimu, aku dapat merasakan kepercayaan itu tidak mudah untuk kau hadirkan kembali setelah konflik yang terjadi di antara kita ,,,,, Malam itu, usai waktu sholat isya', ku menangis dipendengranmu waktu kau tlp aq,,,, meluapkan seluruh perasaanmu dengan emosi yang tidak dapat ku kendalikan lagi. Ku marah, takut, kecewa dan sedih yang amat sangat,,,Kau mengaku selalu ketakutan bila akan mengabaikanmu . Ucapanku selalu menyakitkan hatimu.
Sahabat, kita mempunyai masa yang kelam dan itui yang sama, namun apa yang ku rasakan terhadap masa itu tidak pernah kurasakan. Aku tahu kenapa, karena ku mempunyai perasaan yang sangat ‘'''halus dan nrimo'''’. Ku sangat mudah mengeluarkan air mata (Itu telah kuakui), marah, sedih, kesal, kecewa, bahkan merasa bahagia pun ku menangis. Sering, penerimaanmu negatif pada ucapanku. Ini yang kadang membuatku serba salah di hadapanmu, kadang kaupun harus super hati-hati memilih kata-kata yang tepat agar dapat ku terima tanpa tersinggung dan kecewa. Dengan perasaan ‘halus’ juga, kau dapat memahami bila ku mengaku trauma kembali menghadap kegagagalan2.
Rasa takut itu ternyata terus membayangi langkahku, menguasaiku hingga ku memilih menunda-nunda untuk memainkan hatiku dengan cinta. Sahabatku, melihat air mata yang membanjiri pipiku malam itu membuat hatimu tesayat-sayat, betapa inginnya kau mengurangi bebanku, membantuku kembali berpijak hingga sukses ku raih. Namun apa hendak dikata aku tak mampu jika harus menerima cintamu untuk saat ini,,,
Namun, rasa sakit itu masih tersisa di hatiku. Kau masih mengungkitnya dan menyalahkan aku,,,,
{{{ Diam-diam aku bersyukur,,,,karena kau mau mengerti,,, dan diam diam juga aku malah lebih nyaman bersama sahabat yang lain,,,, }}}
*** Sahabatku sayang,,,,Suatu hari, seorang sahabat berkata pada Rasulullah. “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai si Fulan”. Sahabat itu menunjuk pada seorang laki-laki yang berada tidak jauh dari tempatnya dan Rasulullah berdiri. Mendengar perkataan sahabat, Rasulullah menyuruh sahabat itu untuk mengatakan rasa cintanya itu kepada si Fulan.
Aku tak cukup punya keberanian untuk dan mengatakannya, sahabat,,,Lidahku selalu terasa kelu untuk mengatakannya. Maka biarlah goresan pena ini yang menyampaikannya padamu,,, padanya,,,,,. “Sahabat, aku tak menyayngimu tapi aku malah lebih menyayanginya karena Allah” Dan rasa sayang itulah yang mendorongku untuk berjanji pada diriku sendiri ketika kau mengeluh padaku agar aku jalan denganmu,,, tapi tak akan aku bohongi diri dan hatiku untukmu jika aku lebih menyayanginya,,,,,,,,,
Sahabat,,,,,, aku ingin belajar melapangkan dada untuk menerima apa adanya,,, bukannya membangkang berteriak angkuh,,,
Aku akan belajar ikhlas menerima perih ,,, tegar hadapi semua yang tersisa,,,dan bukannya menangis habiskan air mataku ,,,
Aku akan belajar mencintai tanpa syarat,, dengan kelegaan yang menjadi biasa,,, bukan meradang tinggikan egoku,,,
Aku akan belajar menjadi diriku sendiri untuk mencintainya tanpa harus memilikinya,,, dan juga tidak lepaskan hatiku untuknya,,,
Sahabat sungguh aku mencintainya,,, dan bukan dirimu,,,,,,
Sahabatku, maafkanlah aku, bukalah hatimu untuk kembali memaafkanku ,, jangan diam dan membisu, untuk kembali merajut persahabatan yang indah seperti hari sebelomnya,,,,,,,
Maafkan aku ,,,,,,,,, sahabat terkasihku,,,,,,,,